Minggu, 22 Agustus 2010

15 ibadah unggulan di bulan ramadhan


Ibadah adalah segala aktifitas yang dicintai Allah dan diridhai-Nya, baik yang terdiri dari ucapan atau perbuatan yang tersembunyi dan yang tampak. Allah berfirman, “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.”
(QS-Adz Dzariyat 56).
SYAHADAT, shalat, puasa, zakat, haji adalah bagian dari ibadah. Begitu juga jujur, berkata yang baik, menunaikan amanah, berbakti kepada orangtua, menepati janji, menyambung tali silaturrahim, berjihad, mengajak orang pada kebaikan, mencegah mereka dari kemungkaran, berbuat baik kepada teman, tetangga, memberi makan sesama dan hewan, menyiram tumbuhan dan memelihara tanaman, bekerja untuk mencari rizki yang halal juga termasuk ibadah. Bersabar atas mushibah, bersyukur atas nikmat, ikhlas dalam berbuat, bertawakkal kepada Allah SWT dalam hidup, berharap pertolongan dan ridha-Nya juga bagian dari ibadah.
Tidak hanya di bulan Ramadhan saja kita disuruh memperbanyak ibadah, di bulan-bulan lainnya juga kita diperintahkan untuk beribadah. Hanya saja saat bulan Ramadhan tiba, kita dianjurkan untuk meningkatkan kuantitas ibadah kita, lebih giat lagi dan lebih bersemangat. Tapi kenyataannya, tak jarang kita jumpai kaum muslimin yang membaca al-Qur'an, shalat malam atau shalat sunnah, beri'tikaf dan bersedekah bila ada di bulan Ramadhan saja. Sebelum datang Ramadhan, atau setelah berlalu dari bulan Ramadhan, banyak yang lalai dan berpaling dari Allah. Al-Qur'an mengingatkan kita, "Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang ajal (kematian) kepadamu." (QS. Al-Hijr: 99).
Abu Barzah al-Aslami berkata, Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah kedua kaki seorang hamba melangkah pada hari kiamat, kecuali ia akan ditanya; tentang umurnya, untuk apa ia habiskan. Tentang ilmunya, untuk apa ia gunakan. Tentang hartanya, dari mana ia dapatkan dan kemana ia belanjakan. Tentang badannya, untuk apa ia manfaatkan." (HR. Tirmidzi, no. 2341 dan ia nyatakan hadits hasan shahih. Syekh al-Albani juga menshahihkannya, no. 946).
Bagaimana caranya agar kita bisa memanfaatkan waktu-waktu yang ada di bulan Ramadhan ini untuk meraih pahala lebih banyak daripada bulan-bulan lain? Sementara aktifitas dan kegiatan kita di bulan Ramadhan ini tidak berkurang, sama dengan bulan-bulan lainnya, bahkan bisa jadi malah bertambah. Aktifitas boleh sama padatnya, tapi semangat beribadah tidak boleh sama kendornya, antara bulan-bulan lain dengan bulan Ramadhan. Kita harus selektif dalam memilih aktifitas dan cerdik dalam mengatur waktu yang ada. Dan yang tak kalah pentingnya adalah, memilih ibadah-ibadah unggulan (utama) untuk mengisi lembaran harian kita.
1. Puasa
Puasa menurut bahasa artinya menahan. Menurut istilah syari'at, puasa adalah menahan lapar, haus dan persetubuhan dari Shubuh sampai Maghrib disertai dengan niat. (Kitab at-Ta'rifat: 139). Puasa dalam bulan Ramadhan menjadi ibadah yang paling pokok, sehingga bulan Ramadhan juga disebut bulan puasa. Bagi mereka yang imannya kuat dan hatinya sehat, tidak akan merasa keberatan sama sekali untuk berpuasa Ramadhan, meskipun harus sebulan penuh. Tapi bagi mereka yang imannya lemah dan hatinya sakit, maka puasa merupakan beban hidup yang sangat berat.
Abu Umamah berkata, "Aku pernah mendatangi Rasulullah dan berkata, 'Perintahlah aku untuk melaksanakan amalan yang bisa memasukkanku ke surga!' Beliau bersabda, 'Hendaklah kamu berpuasa, karena ia adalah ibadah yang tiada tandingannya'. Lalu aku mendatanginya lagi dan meminta hal yang sama. Beliau bersabda, 'Hendaklah kamu berpuasa'." (HR. Ahmad, no. 21128, Hakim dan ia menshahihkannya).
Dalam riwayat lain, Abu Hurairah berkata, "Bahwasanya Rasulullah telah bersabda, “Antar shalat lima waktu, Jum'at dengan Jum'at yang lain, Ramadhan dengan Ramadhan yang lain adalah pelebur dosa-dosa, selama para pelakunya menjauhi dosa-dosa besar." (HR. Muslim, no. 344). Pada riwayat lain, Rasulullah bersabda, "Barangsiapa berpuasa sehari ikhlas karena Allah, maka Allah akan menjauhkan dirinya dari neraka selama 70 tahun." (HR. Bukhari, no. 2628 dan Muslim, no. 1949). Di riwayat lain, "Setiap amal anak Adam, pahalanya dilipatgandakan 10 hingga 700 kali lipat. Kecuali puasa, karena ia dikerjakan khusus untuk-Ku dan Akulah yang akan memberi balasan tersendiri, ia meninggalkan syahwat dan makanannya karena Aku." Begitulah Rasulullah menegaskan dalam hadits qudsi riwayat Imam Muslim, no. 1945.
Puasa adalah ibadah yang sangat besar pahalanya, apalagi puasa di bulan Ramadhan. Bila kita laksanakan dengan ikhlas, pahalanya besar dan dosa-dosa kita yang telah berlalu diampuni. "Barangsiapa puasa di bulan Ramadhan karena iman dan ikhlas, maka dosanya yang telah berlalu diampuni." (HR. Bukhari dan Muslim).
Sangat disayangkan kalau kita tidak berpuasa di bulan Ramadhan, padahal tidak ada alasan ('udzur) yang dibenarkan secara syari'at. Dalam kitab shahihnya, Imam Bukhari menyebutkan hadits marfu' dari Abu Hurairah, "Barangsiapa tidak berpuasa sehari di bulan Ramadhan tanpa udzur syar'i dan bukan karena sakit, maka (pahala yang hilang) tidak cukup bila diganti dengan puasa setahun (di bulan lain)." (HR. Bukhari, Bab: Apabila bersetubuh di bulan Ramadhan).
2. Shalat Berjamaah
"Orang yang rajin shalat dalam kesehariannya, ia tidak akan meninggalkan puasa Ramadhan. Dan banyak orang yang berpuasa di bulan Ramadhan, tapi ia tidak shalat lima waktu." Begitulah gambaran nyata kondisi umat Islam dewasa ini. Itu pemandangan yang ironis, tapi realistis. Meskipun seharusnya hal itu tidak boleh terjadi. Karena puasa Ramadhan dan shalat lima waktu termasuk rukun Islam yang lima dan merupakan kewajiban bagi setiap muslim mukallaf.
Ibnu Abbas berkata, Rasulullah SAW bersabda, "Ikatan Islam dan pondasi agama ada tiga, tiga pilar itulah landasan Islam. Barangsiapa yang meninggalkan salah satunya, maka ia telah kafir dan halal darahnya. Yaitu, Syahadat, bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Shalat wajib lima waktu. Dan Puasa bulan Ramadhan." (HR. Abu Ya'la, no. 2349. Imam al-Haitsami menyatakan sanadnya hasan, dan Imam adz-Dzahabi menyatakan haditsnya shahih).
Perhatian kita terhadap pelaksanaan shalat lima waktu dan puasa Ramadhan harus sama besarnya. Keduanya harus kita laksanakan sebagai kewajiban seorang muslim, agar 'titel' keislaman kita tidak lepas dan tiang agama kita tetap kokoh. Dan usahakan dalam pelaksanaan shalat lima waktu bisa dilakukan secara berjamaah, apalagi dalam bulan Ramadhan. Bagi yang laki-laki berjamaah di masjid, dan bagi yang perempuan bisa berjamaah di masjid atau di rumah masing-masing. Berangkat ke masjid untuk shalat berjamaah bisa mencuci dosa-dosa, bagaikan seseorang yang mandi untuk mencuci kotoran yang ada di badannya. Bila ada orang yang mandi lima kali dalam sehari, pasti badannya akan bersih dari kotoran. Begitu juga orang yang shalat berjamaah di masjid, ia akan suci dari kotoran dosa dan kesalahan. Jabir bin Abdullah berkata, Rasulullah SAW bersabda, "Perumpamaan shalat lima waktu seperti sungai yang mengalir deras di depan pintu kalian. Dengannya kalian akan mandi sebanyak lima kali. Jabir berkata, 'Hasan menambahkan, 'Dengan mandi seperti itu, niscaya tak ada lagi kotoran di badan'." (HR. Muslim, no. 1072). Shalat berjamaah di masjid akan bertambah nilainya jika kita laksanakan pada awal waktunya. Ketika imam mulai bertakbiratul ihram (takbir rakaat yang pertama), langsung bisa kita ikuti takbir tersebut. Kalau hal itu bisa kita lakukan setiap hari lima kali (setiap shalat lima waktu) selama 40 hari, maka diri kita akan terbebas dari sifat munafik dan terhindar dari adzab neraka. Begitulah Rasulullah SAW mengajarkan. Anas bin Malik berkata, Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang shalat berjamaah (ikhlas) karena Allah selama 40 hari dan selalu menjumpai takbir pertama (imam), maka ia akan mendapatkan dua pembebasan. Bebas dari adzab neraka dan bebas dari kemunafikan." (HR. Tirmidzi, no. 224).
3. Membaca al-Qur'an
Rasulullah SAW selalu bertadarrus dengan Malaikat Jibril dalam bulan Ramadhan, dan beliau bisa mengkhatamkan sekali. Tapi di tahun akhir hayatnya, beliau mengkhatamkan hingga dua kali. Simaklah riwayat berikut, bagaimana Rasulullah SAW mendidik shahabat dan umatnya untuk aktif berinteraksi dengan al-Qur'an, terutama di bulan Ramadhan. Abdullah bin 'Amr bin 'Ash pernah bertanya kepada Rasulullah. "Dalam berapa hari saya mengkhatamkan al-Qur'an?" Rasulullah menjawab, 'Khatamkanlah al-Qur'an dalam setiap bulan'. Abdullah berkata, 'Wahai nabi Allah, aku kuat bila kurang dari itu'. Rasulullah bersabda, 'Khatamkanlah dalam dua puluh hari'. Abdullah berkata, 'Wahai nabi Allah, aku kuat bila kurang dari itu'. Rasulullah bersabda, 'Khatamkanlah dalam sepuluh hari'. Abdullah berkata, 'Wahai nabi Allah, aku kuat bila kurang dari itu'. Rasulullah bersabda, 'Khatamkanlah dalam tujuh hari dan jangan kau kurangi lagi'. (Abdullah berkata, "Aku telah minta yang berat, dan hal itu memang berat bagiku"). Rasulullah bersabda kepadaku, "Kamu tidak tahu, bagaimana bila umurmu panjang". Abdullah berkata lagi, "Dan memang umurku panjang sebagaimana yang disabdakan Rasulullah, sehingga aku makin terasa berat dalam menunaikan tugas itu. Dan ketika aku sudah tua, aku menyesal, kenapa dahulu tidak aku terima dispensasi yang diberikan Rasulullah." (HR. Bukhari dan Muslim).
Mari kita bercermin kepada para shahabat dan para ulama dalam interaksi bersama al-Qur'an. Utsman bin Affan setiap malam mengkhatamkan al-Qur'an dalam shalatnya. (Fadhailul Qur'an: 35). Ubay bin Ka'ab mengkhatamkannya setiap 8 hari sekali. Tamim ad-Dari mengkhatamkannya 7 hari sekali. (Shafwatus Shafwah: 1/476). Sa'id bin Jubeir mengkhatamkannya 2 malam sekali, dan pada bulan Ramadhan mengkhatamkannya antara Maghrib dan Isya'. (Hilyatul Auliya': 4/273). Dari generasi Tabi'in, Hasan al-Bashri mengkhatamkan al-Qur'an antara Dhuhur dan 'Ashar, sebagaimana ia sering mengkhatamkannya antara Maghrib dan Isya' pada bulan selain Ramadhan. (Hilyatul Auliya': 3/58). 'Alqamah mengkhatamkannya 5 hari sekali. (Shafwatus Shafwah: 3/27). Al-Aswad bin Yazid an-Nakha'i mengkhatamkannya pada bulan Ramadhan setiap 2 malam sekali, di luar bulan Ramadhan, ia mengkhatamkannya setiap 6 hari sekali. (Hilyatul Auliya': 2/103). Imam Qatadah mengkhatamkan al-Qur'an dalam waktu 7 hari sekali, dan di bulan Ramadhan mengkhatamkannya 3 hari sekali. Dan bila memasuki 10 hari terakhir, ia mengkhatamkannya setiap malam. (Hilyatul Auliya': I/338).
Bagaimana dengan 4 Imam madzhab? Imam Abu Hanifah (pelopor madzhab Hanafi) mengkhatamkan al-Qur'an setiap malam dalam shalatnya (biasanya di waktu sahur). (Siyaru

Sabtu, 14 Agustus 2010

Sinopsis Negeri 5 Menara

Alif lahir di pinggir Danau Maninjau dan tidak pernah menginjak tanah di luar ranah Minangkabau. Masa kecilnya adalah berburu durian runtuh di rimba Bukit Barisan, bermain bola di sawah berlumpur dan tentu mandi berkecipak di air biru Danau Maninjau.

Tiba-tiba saja dia harus naik bus tiga hari tiga malam melintasi punggung Sumatera dan Jawa menuju sebuah desa di pelosok Jawa Timur. Ibunya ingin dia menjadi Buya Hamka walau Alif ingin menjadi Habibie. Dengan setengah hati dia mengikuti perintah Ibunya: belajar di pondok.



Di kelas hari pertamanya di Pondok Madani (PM), Alif terkesima dengan “mantera” sakti man jadda wajada. Siapa yang bersungguh-sungguh pasti sukses.

Dia terheran-heran mendengar komentator sepakbola berbahasa Arab, anak menggigau dalam bahasa Inggris, merinding mendengar ribuan orang melagukan Syair Abu Nawas dan terkesan melihat pondoknya setiap pagi seperti melayang di udara.


Dipersatukan oleh hukuman jewer berantai,  Alif berteman dekat dengan Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung dan Baso dari Gowa.  Di bawah menara masjid yang menjulang, mereka berenam kerap menunggu maghrib sambil menatap awan lembayung yang berarak pulang ke ufuk. Di mata belia mereka, awan-awan itu menjelma menjadi negara dan benua impian masing-masing. Kemana impian jiwa muda ini membawa mereka? Mereka tidak tahu. Yang mereka tahu adalah: Jangan pernah remehkan impian, walau setinggi apa pun. Tuhan sungguh Maha Mendengar.

Bagaimana perjalanan mereka ke ujung dunia ini dimulai? Siapa horor nomor satu mereka? Apa pengalaman mendebarkan di tengah malam buta di sebelah sungai tempat jin buang anak? Bagaimana sampai ada yang kasak-kusuk menjadi mata-mata misterius? Siapa Princess of Madani yang mereka kejar-kejar? Kenapa mereka harus botak berkilat-kilat? Bagaimana sampai Icuk Sugiarto, Arnold Schwarzenegger, Ibnu Rusyd, bahkan Maradona sampai akhirnya ikut campur? Ikuti perjalanan hidup yang inspiratif ini langsung dari mata para pelakunya. Negeri Lima Menara adalah buku pertama dari sebuah trilogi.

Jumat, 06 Agustus 2010

TATA TERTIB LALU LINTAS UNTUK DITAATI ATAU DILANGGAR??



            Maraknya pengguna jalan semakin banyaklah masalah yang muncul  di jalan. Yang dimaksud pengguna jalan disini adalah pengendara mobil, motor, sepeda, pejalan kaki, atau bahkan sekedar penyeberang jalan. Pemakai jalan terbanyak yaitu pengendara sepeda motor. Dan penyebab kecelakaaan tertinggi juga muncul dari pengguna jalan ini.
Masalah lalu lintas di Trenggalek dan sekitarnya cukup kompleks. Ada masalah aturan hukum, ada masalah kondisi jalan yang tidak layak, ada masalah penerangan jalan yang selalu padam, ada masalah anak di bawah umur yang sudah dibelikan motor, dan yang paling terpenting yaitu ketidakdisiplinan pengguna jalan. Khususnya dalam mentaati tata tertib lalu lintas.
Angka Kecelakaan adalah indikasi apakah pengguna jalan tertib atau tidak. Hingga UU Lain tahun 1999 harus direvisi. Muncullah UU lalin 2009 yang tentunya sudah dipikirkan celah kekurangan di UU lalin yang lampau. Undang-undang lalu lintas baru ini memprioritaskan keselamatan dan kenyamanan pengguna jalan.
Hal-hal baru dan penting untuk diketahui dari UU lalin yang baru diantaranya : Kepemilikan SIM bagi pengendara sepeda motor sekarang minimal 17 tahun. Sebagaimana tercantum dalam UU lalin No 22 Tahun 2009 pasal 81 ayat 1 dan ayat 2 “Untuk mendapatkan SIM Setiap orang harus memenuhi persyaratan usia, administratif, kesehatan, dan lulus ujian”. Pada ayat 2 kemudian dijelaskan usia 17 (tujuh belas) tahun untuk Surat Izin Mengemudi A, Surat Izin Mengemudi C, dan Surat Izin Mengemudi D. Dan itu seharusnya sama sekali tidak ada toleransi. Kenyataan di lapangan banyak anak dibawah umur sekian yang berkeliaran menggunakan sepeda motor. Bisa dilihat dari pemakai motor pada anak usia sekolah SMP dan sederajat dengan usia kisaran 12-15 bahkan seharusnya SMA-pun jika usia belum mencukupi 17 tahun harusnya tidak diberikan SIM. Usia 17 bagi pembuat kebijakan ini mungkin adalah usia yang dianggap matang seseorang untuk bisa mengemudikan kendaraannya. Inilah yang harus ditertibkan dulu. Sehingga lalu lalang lalu lintas tidak begitu padat oleh anak sekolah yang seharusnya belum diizinkan melintas dijalan. Sekarang kita lihat sudah jarang anak usia sekolah SMP ke atas yang bersepeda onthel. Seharusnya tidak ada yang main tembak untuk kemudian dituakan umurnya agar tetap bisa diloloskan SIM-nya.
UU lalin yang baru ini juga mengakomodasi aspek lingkungan. Polusi akan timbul dari  padatnya pengguna sepeda motor.  Global warming yang dialami dunia sekarang salah satunya muncul dari situ.  Setiap kendaraan bermotor yang beroperasi di jalan wajib memenuhi persyaratan ambang batas emisi gas buang dan tingkat kebisingan.( UU Lalin No. 22 Th 2009, Pasal 210 ). Jadi harus ada kir apakah suatu kendaraan layak jalan atau tidak. Untuk kendaraan-kendaraan lama yang tidak lolos uji kir seharusnya ditindak tegas. Pemakai motor yang mengendarai motor dengan knalpot yang bising juga seharusnya ditindak tegas.
Hal baru juga yang wajib diketahui pemakai jalan beroda dua yaitu menyalakan lampu pada siang hari (UU Lalin No. 22 Th 2009, pasal 107 ayat 2). Beberapa tahun kebelakang di Trenggalek dan sekitarnya sudah disosialisasikan aturan ini. Awalnya hanya dianjurkan untuk uji coba, dan sekarang sudah diberlakukan dan WAJIB adanya. Jika tidak kita akan kena tilang. Dendanya mencapai Rp. 100.000,- (pasal 293)
Pemakaian helm juga harus memenuhi Standar Nasional Indonesia. (UU Lalin No. 22 Th 2009, pasal 106 ayat 8 ). Semuanya ditujukan untuk keselamatan pengguna kendaraan bermotor. Penjual helm juga seharusnya tidak menjual helm selain yang di standarkan. Pemakai kendaraan roda dua juga sebaiknya sadar bahwa memakai helm tidak untuk takut ditilang polisi saja. Tetapi lebih kesadaran untuk keselamatan pribadi.
Disamping itu servis berkala juga harus diperhatikan oleh pemilik kendaraan. Untuk mengetahui tingkat kesiapan kendaraan dipakai dijalan. Jangan karena tidak perhatian pada kendaraan mengakibatkan keadaan yang membahayakan bagi pengendara. Seperti kontrol ban rutin. Pengecekan baut dan rem.  
Satu lagi yang marak menyebabkan banyak kecelakaan terjadi akhir-akhir ini yaitu penggunan telepon genggam (HP) sambil berkendara. Pasal 106 ayat 1 Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan wajib mengemudikan kendaraannya dengan wajar dan penuh konsentrasi. Dalam penjelasan UU- ini konsentrasi yang dimaksud disini salah satunya adalah tidak menggunakan  HP sambil berkendara.  Denda akan dikenakan jika pengguna jalan tetap bandel. Dendanya bisa sampai Rp. 750.000,- jika dilangggar.(pasal 283)
Sebuah cerita kecelakaan tragis di kecamatan Tugu Trenggalek beberapa bulan lalu. Seorang anak usia sekolah SMP tewas dalam kecelakaan setelah menabrak pohon. Setelah ditelisik karena mengoperasikan HP saat berkendara. Dan yang paling disesalkan dia anak dari polisi. Ini bisa dijadikan gambaran bahwa seharusnya polisi bisa memberikan contoh dimasyarakat. Bahwa anak jika belum genap 17 tahun laranglah untuk memakai sepeda motor. Orang tua harus mengalah untuk mengantarkan kesekolah demi keselamatan putra-putrinya. 
Yang menarik UU lalin ini kedepannya akan dimasukkan kurikulum pada sekolah-sekolah. Penyampaian tata tertib berlalu lintas melalui pendidikan dirasa lebih efektif. Diharapkan mulai dini anak-anak disadarkan untuk berdisiplin berlalu lintas. Muatannya disesuaikan dengan tingkat pemahaman anak.
Baliho dan banner-banner dijalan banyak dipasang untuk mensosialisaikan UU lalin yang baru ini ke masyarakat. Undang-undang dibuat  pasti untuk sebuah kebaikan. Bukan sekedar aturan tertulis yang akhirnya hanya dilanggar. Kepolisian sebagai pengawal Undang-undang ini sudah seharusnya tegas dalam melaksanakan aturan ini. Berikan teladan bagi masyarakat. Pemerintah baik pusat mau daerah juga harus mengakomodir perbaikan jalan agar nyaman dilalui. Semuanya memang kembali pada pengguna jalan masing-masing untuk tertib, dan disiplin dijalan raya. Marilah bersama-sama kita menciptakan lalu lintas yang aman, nyaman dan selamat.

Selasa, 03 Agustus 2010